Rabu, 30 Maret 2011

Tulisan B.indonesia bulan ke-2

Nama                 :  Amaliyah
Kelas                  3EA10
NPM                   :  11208512
Mata Kuliah        :  Softskill B.indonesia 2

Pengaruh Bahasa Asing dalam Perkembangan Bahasa Indonesia


1. Latar Belakang

Nama ‘bahasa Indonesia’ adalah nama yang baru untuk bahasa yang sangat lama.  Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yang dulu bahasa kerajaan Riau-Johor.  Selama zaman kerajaan itu bahasa Melayu menjadi cukup luas, karena kekuasaan kerajaan itu juga agak luas. Karena wilayahnya meliput Malucca Strait, kerajaan itu sangat berkuasa dalam perdagangan timur-barat; karena ini banyak pedagang dapat berbahasa Melayu. Dengan hasil ini bahasa Melayu diperluas sebagai pidgin dan creole, akhirnya menjadi bahasa penting seluruh wilayah yang sekarang bernama Malaysia dan Indonesia.
Nama ‘bahasa Indonesia’ hanya digunakan secara luas sejak zaman gerakan pro-kemerdekaan, dan terutama sejak Kongres Pemuda yang kedua pada tahun 1928, ketika bahasa Melayu dipanggil ‘bahasa persatuan’.

Alasan untuk pilihan bahasa Melayu cukup jelas. Pada zaman itu, gerakan pro-kemerdekaan mencari fokus untuk mempersatukan masyarakat Indonesia.  Biarpun kebanyakan orang Indonesia berasal dari Jawa dan jadi berbahasa Jawa, pemimpin Indonesia menganggap bahasa Jawa sebagai bahasa kurang bagus untuk beberapa alasan. Terutama di antara alasan itu adalah kepentingan mengurangi persepsi kekuatan orang Jawa dalam negara baru. Sudah ada persepsi bahwa orang Jawa yang paling kuat dalam koalisi daerah-daerah dan suku-suku di Indonesia, karena besarnya jumlah populasinya. Jika bahasa nasional ternyata bahasa orang Jawa pasti daerah lain akan dinomorduakan dengan peluang pembangunan dibandingkan Jawa karena mereka belum lancar bahasa nasional dan mungkin kurang lancar dalam argumentasi. Alasan kedua berasal dari ketakutan bahwa orang Jawa ingin membuat kerajaan baru dengan daerah dan suku lain hanya budak. Pilihan bahasa Jawa sebagai bahasa nasional, meskipun itu hanya bahasa satu daerah, tetapi dapat dianggap oleh daerah lain sebagai imperialisme. Jadi jika bahasa Jawa yang terpilih sebagai bahasa nasional daerah seperti Aceh, Sumatra, Kalimantan maka wilayah lain tidak ingin menjadi budak.

Karena alasan itu, bahasa yang baru harus digunakan adalah bahasa yang tidak digunakan oleh satu bangsa saja.  Tentu saja bahasa Belanda dipertimbangkan. Tetapi pemimpin Indonesia menganggap bahwa bahasa Belanda juga tidak cocok. Alasannya sederhana, karena bahasa Belanda merupakan bahasa imperialisme. Jika bahasa itu dipilih sebagai bahasa nasional, maka pilihan itu akan memperkaitkan Indonesia dengan Belanda ketika Indonesia mau dipisahkan dari Belanda. Jika bahasa Belanda yang digunakan, maka Indonesia memilih bahasa penindasnya. Karena alasan ini, bahasa Belanda tidak cocok untuk digunakan. Tetapi ada alasan lain bahwa bahasa Belanda tidak dipilih. Biarpun Indonesia dijajah Belanda cukup lama, namun pada zaman kemerdekaan, kebanyakan penduduk Indonesia masih tidak dapat berbahasa Belanda. Karena masyarakat biasa masih harus belajar bahasa yang baru, jadi mereka tidak perlu menggunakan bahasa penindasnya jika ada pilihan lain?

Jadi pemimpin Indonesia ingin menggunakan bahasa lain, sebagai bahasa yang lebih cocok untuk keperluan politik dan linguistik.  Bahasa tersebut adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa yang sering digunakan untuk keperluan perdagangan dengan tradisi yang sangat lama2. Meskipun bahasa Melayu tidak digunakan oleh semua orang Indonesia, banyak orang berkelas tengah dapat berbahasa Melayu. Tetapi yang lebih penting, bahasa Melayu bukan bahasa Belanda. Jadi bahasa Melayu menjadi basis untuk bahasa nasional yang baru, bahasa Indonesia.

Pada awal sejarahnya bahasa Indonesia mengambil kebanyakan kata-kata yang baru dari bahasa Belanda. Tetapi pada waktunya nanti, bahasa Indonesia semakin mengganti bahasa Inggris sebagai bahasa luar negeri yang paling berkuasa.
James Sneddon yang bernama The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society, UNSW Press, 2003,

2. Masalah

Bahasa asing dapat mempengaruhi perkembangan bahasa indonesia

3. Isi

Bahasa Indonesia tidak lepas dari pengaruh bahasa lain, bahasa daerah, ataupun bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia, tetapi di sisi lain dapat juga mengganggu kaidah tata bahasa Indonesia. Salah satu contoh pengaruh yang dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia ialah masuknya kata-kata tertentu yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Kata pikir, saleh, dongkrak, kursi, dan fakultas, misalnya, merupakan kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sekarang tidak terasa sebagai kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Satu hal yang menarik berkaitan dengan kata-kata yang berasal dari bahasa asing itu ialah adanya pasangan kata yang "serupa tapi tak sama", seperti kata haji, hajah, almarhum-almarhumah, dan almukaram-almukaramah. Ketiga pasangan bentuk itu sudah berterima sebagai warga bahasa Indonesia. Di dalam kenyataannya, masih terdapat penggunaan kata-kata seperti itu secara tidak tepat. Kata haji-hajah, almarhum-almarhumah, dan almukaram-almukaramah merupakan bentuk serapan dari bahasa Arab. Kata-kata itu mempunyai makna tersendiri. Kata haji, almarhum, dan almukaram adalah bentuk yang digunakan untuk mengacu pada unsur tertentu (orang) yang berjenis kelamin maskulin (muzakar), sedangkan hajah, almarhumah, dan almukaramah dipakai untuk merujuk pada unsur yang berjenis kelamin feminim (muanas). Dengan demikian, kata haji, bermakna 'laki-laki yang sudah menunaikan ibadah haji', kata almarhum, bermakna 'laki-laki yang dirahmati', dan kata almukaram mempunyai makna 'laki-laki yang mulia'. Kata hajah bermakna 'perempuan yang sudah menunaikan ibadah haji', almarhumah bermakna 'perempuan yang sudah menunaikan ibadah haji', almarhumah bermakna 'perempuan yang sudah menunaikan ibadah haji', almarhumah bermakna 'perempuan yang dirahmati', dan kata almukaramah bermakna 'perempuan yang mulia'. Dalam bahasa kita, kata almarhum bermakna 'yang telah meninggal (laki-laki) dan almarhumah bermakna 'yang tealh meninggal (perempuan)'. Jika dilihat dari segi bentuknya, tampak bahwa untuk bentuk yang feminim dilakukan penambahan huruf tertentu, yakni (a) dalam bahasa asalnya. Jika ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia, huruf itu menjadi (h). Dengan demikian, haji, hajah, almarhum, almarhumah, almukaram, almukaramah itu merupakan tiga pasang kata yang berbeda, masing-masing mempunyai acuan yang berbeda pula. Banyak ditemukan bentuk-bentuk seperti itu sebagai akibat pengaruh bahasa asing. Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh lain. Maskulin (muzakar) feminim (muanas) muslim muslimah mukmin mukminah qari qariah hafid hafidah saleh salehah/salihah mubalig mubaligah mualim mualimah.

Pengaruh Bahasa Arab terhadap Bahasa Indonesia
 Bangsa Indonesia adalah negara terbesar yang berpenduduk dengan agama Islam. Sebagai negara Islam terbesar Indonesia dalam kehidupanmasyarakatnya mendapat pengaruh yang sangat besar dari Islam dan Arab sebagai daerah dan negara asal agama Islam. Arab mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia dalam adat-budaya, seni, arsitek, bahasa dan tata kehidupan bangsa Indonesia.Dalam hal bahasa, bahasa Arab banyak berpengaruh pada kosa katabahasa, hasil sastra budaya, penulisan-penulisan kata dan huruf-huruf serapanyang banyak menyerap dari bahasa Arab dan agama Islam. Hal ini terjadikarena dengan masuknya Islam di nusantara pada masa-masa awal,perkembangan dan penybaran Islam itu sendiri bersamaan dan disertai denganpenyebaran bahasa melayu atau bahasa Indonesia ke pelosok nusantarabersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah nusantara. Bahasa melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasaperhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan karena bahasa melayu tidak mengenal tingkat tutur, sehingga dirasa mudah dan lebih praktis. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar dan menggunakan bahasa indonesia uang itu semua merupakan pengaruh daribahasa Arab, seperti paragraf berikut ini:Dalam bulan Ramadhan banyak warga negara Indonesia yang beragama Islam menjalankan ibadah saum. Umat Islam dalam kehidupankesehariannya banyak melaksanakan aktivitas yang kental dengan suasanaperibadatan, mulai dari qiyamul lail, sahur, sholat jamaah, sodaqoh, tajil berbuka puasa, tadarus kitab, tarawih dan lainnya. Itu semua mereka lakukandalam rangka menjalankan perintah Allah Swt. dan bertaqorrub kepada-Nya.Pada paragraf di atas kita banyak menemukan kosa kata serapan daribahasa arab yang sudah biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari kitayang berasal dari bahasa arab, seperti ibadah saum, sholat, Qiyamul lail, sahur, sholat jamaah, sodaqoh, tajil, tadarus kitab, tarawih dan taqorrub. Kata-kata itu semua itu adalah merupakan pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia ini.

Contoh-contoh dampak negative masuknya bahasa asing selain diatas antara lain:
Anak-anak mulai mengentengkan/menggampangkan untuk belajar bahasa Indonesia. Rakyat Indonesia semakinlama kelamaan akan lupa kalau bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. Anak-anak mulai menganggap rendah bacaan Indonesia. Lama kelamaan rakyat Indonesia akan sulit mengutarakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. mampu melunturkan semangat nasionalisme dan sikap bangga pada bahasa dan budaya sendiri.

Contoh-Contoh pengaruh positif bahasa asing bagi perkembangan anak antara lain :
mampu meningkatkan pemerolehan bahasa anak. semakin banyak orang yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris maka akan semakin cepat pula proses transfer ilmu pengetahuan menguntungkan dalam berbagai kegiatan (pergaulan internasional, bisnis, sekolah). anak dapat memperoleh dua atau lebih bahasa dengan baik apabila terdapat pola sosial yang konsisten dalam komunikasi, seperti dengan siapa berbahasa apa, di mana berbahasa apa, atau kapan berbahasa apa. anak akan melalui tahap perkembangan bahasa yang relatif sama meskipun setiap anak dapat mencapai tahap-tahap tersebut pada usia yang berbeda. sangat baik untuk kondisi fisik dan kemampuan kerja otak. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

4. Simpulan
Bahasa asing sangat mempengaruhi perkembangan bahasa indonesia, bahkan sering digunakan dalam bahasa sehari-hari yang menyebabkan masyarakat sering lupa dengan bahasa indonesia yang baik dan benar mulai menggampangkan untuk belajar bahasa Indonesia dan berlomba-lomba untuk mempelajari bahasa asing sedangkan bahasa indonesia nyang baik dan benar belum dikuasai.

5. Daftar Pustaka
·      Departemen Pendidikan Nasional, DendySujono, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
·      Buku Praktis Bahasa Indonesia,Departemen Pendidikan Nasional, Dendy,Sujono, Pusat Bahasa, Jakarta, 2003



Tidak ada komentar:

Posting Komentar